Mohon tunggu sebentar ...

Mitos Medis Tentang Hipertensi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa diperkirakan 1,13 miliar orang memiliki tekanan darah tinggi di seluruh dunia.

Tekanan darah menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) adalah, “tekanan darah yang mendorong dinding arteri”. Tekanan darah secara alami naik dan turun. Misalnya, cenderung naik saat berolahraga dan turun saat istirahat lama. Namun, jika tekanan darah meningkat untuk jangka waktu yang lebih lama, hal itu meningkatkan risiko berbagai kondisi kesehatan.

Ada banyak mitos medis terkait hipertensi yang banyak disalahpahami, diantaranya:

  1. Tekanan darah tinggi tidak membahayakan

Hipertensi tentu bisa menjadi serius. Tanpa pengobatan, tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk serangan jantung, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, angina, kehilangan penglihatan, disfungsi seksual, dan penyakit arteri perifer. Hipertensi menyebabkan kerusakan dalam beberapa cara. Misalnya, seiring waktu, peningkatan tekanan arteri dapat menyebabkan pembuluh menjadi kurang elastis. Hal ini dapat mengurangi jumlah darah dan oksigen yang mencapai jantung, sehingga merusak organ. Tekanan darah tinggi juga dapat merusak pembuluh darah halus di otak, yang meningkatkan risiko tersumbat atau pecah.

  1. Tekanan darah tinggi tidak bisa dihindari seiring bertambahnya usia

Hipertensi memang tidak bisa dihindari, tetapi bukan bagian normal dari penuaan. Meskipun hipertensi lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, namun tekanan darah tinggi juga dapat terjadi pada orang dewasa paruh baya atau bahkan orang yang lebih muda.

Hipertensi mempengaruhi sekitar 7,5% orang berusia 18–39 tahun, 33,2% orang berusia 40–59 tahun, dan 63,1% individu di atas usia 60 tahun. Meskipun prevalensi meningkat seiring bertambahnya usia, intervensi gaya hidup tertentu dapat secara signifikan mengurangi risiko terkena tekanan darah tinggi. Misalnya dengan mengurangi asupan garam, berolahraga secara teratur, berhenti merokok, dan makan makanan yang sehat.

  1. Pasti ada gejala jika menderita hipertensi

Satu-satunya cara untuk mendeteksi hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah. Biasanya tidak ada tanda atau gejala yang menunjukkan bahwa seseorang menderita hipertensi. Menurut hasil Riskesdas 2013 dan studi puskesmas diketahui bahwa hanya sepertiga penderita hipertensi (36,8%) yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7% yang minum obat. Inilah sebabnya mengapa beberapa ahli menyebut hipertensi sebagai “pembunuh diam-diam.”

  1. Tidak menggunakan garam meja, jadi tidak perlu khawatir tentang asupan natrium

WHO merekomendasikan untuk mengonsumsi garam <5 gram/hari untuk membantu menjaga tekanan darah yang sehat. WHO juga menjelaskan bahwa “perkiraan 2,5 juta kematian dapat dicegah setiap tahun jika konsumsi garam global dikurangi ke tingkat yang direkomendasikan.”

Namun, menghindari garam meja saja tidak cukup ketika membatasi asupan garam secara keseluruhan. Penting untuk membaca label makanan; garam muncul dalam berbagai makanan, kadang-kadang dalam jumlah yang sangat tinggi.

Menurut CDC, sekitar 40% dari asupan natrium harian kita berasal dari 10 jenis makanan ini:

  • Roti
  • Pizza
  • Sandwich
  • Daging yang diawetkan
  • Sup
  • Burrito dan taco
  • Camilan gurih, seperti keripik, popcorn, pretzel, dan kerupuk
  • Ayam
  • Keju
  • Telur

Perlu juga dicatat bahwa garam khoser dan garam laut secara kimiawi sama dengan garam meja dan, oleh karena itu, sama berbahaya juga bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebihan.

  1. Hanya pria yang mengalami tekanan darah tinggi

Meskipun siapa saja dapat mengembangkan hipertensi, pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya hingga usia 45 tahun. Dari 45-64 tahun, setiap orang memiliki risiko yang sama terkena tekanan darah tinggi baik pria maupun wanita. Namun, setelah usia 64 tahun, wanita tampaknya memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan pria.

Hipertensi adalah penyakit yang serius dan umum terjadi. Meskipun bisa menjadi kondisi seumur hidup, ada banyak cara untuk mengelolanya dan mengurangi risiko kesehatan yang terkait dengannya.

Dengan mengatasi mitos terkait hipertensi, kita dapat membantu mengurangi dampaknya terhadap masyarakat dengan menghadapi faktor risiko secara langsung dan sebisa mungkin mencegahnya dimulai dari memperbaiki pola hidup sehat.

Sumber:

CDC (2021). Salt: Top 10 Sources of Sodium.

Newman, T (2020). Medical News Today. Medical Myths: All About Hypertension.

WHO (2021). Newsroom: Hypertension.

WHO (2020). Newsroom: Salt Reduction.