Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian “dini” tersebut terjadi di Negara berpenghasilan rendah menengah. Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler, contohnya adalah penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner (PJK) ini dapat dikatakan sebagai pembunuh nomor satu. Untuk Indonesia, saat ini penyakit jantung koroner menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian. Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26% dari seluruh jumlah kematian akibat penyakit. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan (Riskesdas, 2013).
Nama lengkap dari ‘penyakit jantung kororner’ adalah ‘penyakit arteri jantung koroner’. Arteri koroner merupakan sistem pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi ke otot jantung untuk menjaga fungsi kerjanya. Penyakit ini disebut demikian karena sistem arteri berbentuk seperti korona. Jika arteri koroner menyempit atau tersumbat, aliran darah ke jantung akan berkurang sehingga menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke otot-otot jantung, yang menyebabkan penyakit jantung koroner. Ketika penyumbatan di arteri koroner menjadi lebih parah, pasien akan merasakan angina (nyeri dada) dan angina bisa menyebabkan kondisi infark miokard yang fatal (umumnya dikenal sebagai “serangan jantung”).
Penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah disebabkan karena penumpukan zat lemak, kolesterol dan produk limbah sel dalam darah di dinding bagian dalam arteri. Hal ini biasa disebut sebagai aterosklerosis. Jika pembuluh darah menyempit dan tersumbat maka aliran darah akan terputus, membuat otot jantung tidak bisa mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup, yang mengakibatkan kekurangan oksigen dan bahkan nekrosis pada otot jantung (kematian akibat pembusukan). Jantung bisa berhenti berdetak dan menyebabkan kematian.
Butuh waktu lama untuk terjadinya aterosklerosis, dan mungkin tidak ada gejala penyakit apapun saat penyempitan pembuluh darah terjadi. Namun untuk penyakit jantung koroner, kemungkinan akan mengalami gejala-gejala berikut ini:
Apa saja factor risiko penyakit jantung koroner?
Factor risiko penyakit jantung koroner terdiri dari factor risiko yang tidak bisa dihindari dan factor risiko yang bisa dihindari.
Cara Mencegah Penyakit Jantung Koroner
Bahaya dari penyakit jantung koroner adalah penyakit ini bisa menyebabkan kematian dalam waktu yang sangat singkat tanpa munculnya gejala penyakit. Oleh karena itu, kita harus mengambil tindakan pencegahan dini. Apabila nyeri dada terasa secara terus menerus, pastikan segera cek ke dokter untuk melakukan deteksi dini dan menerima tindakan pengobatan yang sesuai.
Sayangi jantungmu dengan konsumsi makanan yang seimbang, tidak merokok dan olahraga rutin minimal 30 menit perahari.
Sumber:
Infodatin (2020). Penyakit Jantung Koroner.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021). Yuk, Kenali Apa Itu Penyakit Jantung Koroner (PJK)?.